Saturday, October 17, 2009

Batu, Bayangan, dan Kelelawar..

-Ini hanya sekedar tulisan saja-

Ada sebuah kisah sesosok batu yang menganggap dirinya sebagai kelelawar. Entah kenapa si batu tak pernah ingin tidur, dia takut tidur. Tidur adalah peristiwa yang membuatnya takut untuk bangun. Dia takut.. bila terbangun nanti waktu akan berlalu teramat cepat. Batu itu hanya tidur saat dia benar-benar tak kuat lagi. Memang apa yang sedang dilakukannya? kenapa dia jadi seperti itu?

Sejak kecil, batu seringkali merasa berbeda dengan batu lainnya. Dia tak pernah tahu harus dikelompokkan pada jenis batu apa. Apakah batu yang hilang? batu itupun diam. Memori terdini yang bisa diingatnya adalah peristiwa saat si batu dibawa seseorang dalam kehidupan manusia adalah saat usia batu 2 atau 3. Dia masih mengingat beberapa kisahnya itu, meski tak utuh. Si batu kecil mulai memperhatikan sekelilingnya, berpikir tentang sesuatu, dan dia merasa ada yang lain, dia tak sama. Kehidupan baru menuntunnya untuk mulai berpetualang, yang saat itu masih asing. Dalam petualangannya, terkadang batu terharu dan menangis tanpa ada yang tahu. Mau tak mau si batu kecil harus mulai mengenal keberadaannya, sekitarnya, karena dia akan hidup disana dalam waktu yang lama.

Seiring berjalannya waktu, si batu kecil mulai lupa, perlahan dia berubah menjadi serpihan dan hilang. Entah apa yang harus diidentikan dengan serpihan ini, mungkin bayangan batu. Bayangan batu ini berubah seolah-olah dialah batu itu sendiri, padahal bayangan itu tak mengenalnya. Bayangan ini teramat dominan hingga menyingkirkan batu dan menguncinya.

Selama bayangan ini berkuasa, dia tak pernah memikirkan apa-apa, hidup hanya berjalan begitu saja, hingga sang bayangan mulai kehilangan roh kebatuannya. Bayanganpun menjadi limbung dan kebingungan saat dia harus pergi ke tempat asing sekali lagi. Bayangan ini ingin sekali lari, namun jika dia pergi lalu siapa yang akan mengisi tempatnya. Dia sudah lupa dimana batu sesungguhnya berada, dimana kuncinya. Akhirnya bayangan ini lama-kelamaan mulai luluh dan bertahan hidup, hidup di tempat yang sudah lama dia diami namun tak pernah tahu siapa dirinya, dia hidup disekeliling orang-orang yang seolah-olah mengenalnya. Bayangan ini tak bisa begitu saja berteriak bahwa kalian salah, kalian tidak mengenalku, namun bila demikian halnya maka bayanganpun tak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah menghilangnya si empunya tempat. Perlahan.. bayangan sedikit demi sedikit mulai memudar, dia mulai mempertanyakan tentang arti kehidupan, Tuhan, kemunafikan, tapi dia alpha.. alias lupa bahwa batu yang asli masih terus berusaha menolongnya dengan berdoa.

Bayangan rapuh itupun mulai menginjak remaja dan terjebak dalam rutinitas yang sering membuatnya tak nyaman. Pertanyaan mengenai keberadaannya membuatnya tak bisa berkonsentrasi pada tujuan hidupnya, kenapa pikirannya tak pernah sama dengan sekelilingnya. Bayangan itupun makin tak jelas, hingga akhirnya hilang. Tempat itupun kosong, entah siapa yang mendiaminya, tak ada yang tahu. Selama beberapa waktu, sosok yang tak dikenal itu membuat tempat itu masih ada, menunggu batu yang sesungguhnya datang kembali.

............
Ada sebuah peristiwa luar biasa. Bayangan itu terkejut, dia ada di tempat itu lagi. Diapun memandang sekeliling, segalanya telah berubah. Ini dimana? Wajah-wajah itu, dia mengenalnya..meski telah banyak yang berubah, namun ada pula yang menghilang. Hilangnya sosok yang pernah dikenalnya membuatnya amat terpukul karena dia terlambat, datang pada saat wajah yang dikenalnya telah pergi. Bayangan itupun berusaha mengingat apa yang bisa dia ingat, termasuk sisa-sisa peninggalan milik 'sosok yang tak dikenal' sebelum dia kembali. Ternyata amat sangat sedikit sekali dan tak utuh. Bayangan itu berdoa pada-Nya, bertanya pada-Nya, berharap bisa mengembalikan batu ke tempatnya.

Bayangan mulai membelah diri, salah satunya melakukan proses pencarian, sedangkan yang lainnya menjalankan rutinitas kehidupan. Ketika banyak pihak menggurui baik secara bijak maupun tidak, bayangan yang sedang melakukan pencarianpun datang menemani bayangan yang sedang bertugas dalam rutinitas. Bayangan 'pencarian' berusaha sebaik mungkin mengendalikan bayangan 'rutinitas' agar tidak terpicu emosi sesaat dan mengambil sisi positifnya.

Bayangan 'pencarian' membuatnya tenang dan berpikir lebih mendalam, sedangkan bayangan 'rutinitas' terkadang lebih dikendalikan emosi. Bisa dibilang bayangan 'rutinitas' seringkali membahayakan hidupnya, namun bayangan 'pencarian' mendinginkannya. Saat keseimbangan itu datang, bayangan itu merasa bahagia, apapun yang terjadi, apapun yang dikatakan orang lain, apapun yang diperbuat orang lain pada dirinya.

Bayangan merasakan hawa kebebasan dimana dia bisa tersenyum dan menghirup udara segar dimanapun berada, bayangan merasakan momen yang amat luar biasa saat malam hari. Selama kurang lebih satu tahun, bayangan utuh itu merasakan kenyamanan luar biasa dengan hawa malam. Bayangan menyukai lukisan, bayangan menyukai coretan-coretan pinsil, bayangan menyukai sapuan-sapuan cat air, bayangan menyukai lem kayu untuk menempel sesuatu, menulis, bahkan bayangan amat menyukai menyentuh rembesan hujan di dinding kamar. Meski terkadang, bayangan itu takut dengan tangannya karena dia pernah bermasalah dengan itu. Bayangan.. menyukai dunianya saat itu, menghabiskan malam dengan menggambar, menggoreskan sesuatu. Bayangan menyelami pendidikan di malam hari, pulang dengan ditemani bintang malam, berjalan sendiri.. menahan dinginnya angin malam. Bayangan tidak pernah merasa takut saat melewati jalanan malam yang suram, dia menyukai cahaya bulan. Bahkan saat di tempat ramai sekalipun, saat duduk di angkutan kota, dia memandang sekeliling, wajah-wajah kelelahan itu, dan bertanya.. "Apakah kalian tidak merasakan hawa malam ini sejuk? Apa kalian tak merasa nyaman dengan dinginnya malam? Tapi wajah kalian lelah sekali..mungkinkah karena itu kalian sulit tersenyum pada gelap, karena kalian ingin cepat sampai rumah dan tidur."

Bayangan memang menyukai malam, namun bayangan tak pernah melakukan hal negatif yang orang-orang sering identikkan, karena bayangan amat menghargai sunyinya malam hari, yang memberinya ketenangan, saat tak banyak hiruk-pikuk, saat tak ada suara bising, saat tak ada amarah. Sunyi senyap, bayanganpun mulai mencoretkan pinsil pada selembar kertas yang dilebarkannya pada sebuah meja gambar di kamar yang jarang ditempati, diselingi alunan musik kesukaannya, menghabiskan malam hingga habis tenaga... karena bayangan membenci dunia siang, karena siang.. membuatnya sesak, banyak amarah dan emosi sebagaimana layaknya manusia.

Bayangan 'pencarian' mulai berpikir.. tak dapat bertahan terus seperti ini, berlindung di malam hari. Bayanganpun mulai melupakan tangannya, bahkan jauh sebelum itu bayangan membuang hasil-hasil gambarnya yang terkena rembesan hujan, kumpulan gambar yang pernah dibuatnya sambil tersenyum. Bayangan memutuskan untuk melupakan tangannya, mengecat ulang kamarnya, menghapus amarahnya pada dinding, menggulung kertas-kertas, menumpuknya entah kemana. Dan bayangan memutuskan untuk pergi sekali lagi, namun atas kehendaknya sendiri.

.............
Di tempat asing itu, bayangan memperhatikan sekeliling. Sama seperti kejadian terdahulunya.. bayangan menghilang, membenamkan diri dalam bumi, digantikan sosok yang tak dikenal. Bayangan menunggu terjadinya peristiwa luar biasa untuk muncul kembali. Dia menunggu sosok yang tak dikenal itu dalam keadaan hampir mati karena bertahan hidup. Bayangan memeluk sosok itu dan membenamkan diri pada tempat yang sama. Kali ini bayangan 'pencarian' hadir lebih kuat dari biasanya. Bayangan 'pencarian' ini membantu tempat ini terus bertahan, karena bayangan 'pencarian' yakin pada-Nya bahwa batu akan kembali suatu saat nanti dalam keadaan lebih kuat. Bayangan ini terus berdoa pada-Nya dan berusaha terjaga. Mungkin bayangan ini terlihat rapuh di luar, namun di dalam.. bayangan berupaya agar tidak hilang lagi, karena bayangan tak ingin tempat ini hilang untuk selamanya, begitu saja.. karena dia teringat pada si batu kecil yang telah dia singkirkan, dia menyesal telah menyingkirkan si batu kecil hanya karena batu ini berbeda.

Bayangan 'pencarian' mulai bertanya pada sekeliling, tentang siapa, apa, kenapa. Namun bayangan ini kesulitan menemukan jawabannya. Bayangan pun diam dan bertanya, bercerita dengan-Nya, mengharap-Nya. Meski tak selalu mendapat jawabannya, namun harapan itu akan selalu ada. Jika bayangan 'pencarian' ini lelah, maka bayangan 'rutinitas' menggantikannya, begitu terus menerus, tak pernah tahu kapan akan berakhir. Ini seperti looping tiada akhir.

Bayangan kelelahan itu mulai tampak, ditambah lagi dia sudah lama tak pernah menikmati sejuknya malam hari. Bayangan telah membuang banyak waktu yang diberikan padanya.. anggap saja itu sia-sia, karena dia terjebak rutinitas yang tidak efektif, lupa akan harapan si batu kecil. Bayangan mulai jenuh dengan melakukan 'pencarian' di luar dan tanpa disengaja..bayangan kembali mencari si batu kecil dari tempat yang berbeda dari biasanya. Dia menemukannya.. saat malam hari, sesosok kelelawar. Kelelawar menawarkan diri untuk memapah bayangan ke tempat lain, agar beristirahat, dan menggantikan tempatnya. Kelelawar ini akhirnya berhasil untuk melepaskan penat yang dipikul bayangan, namun dengan catatan.. kelelawar ini tak pernah tidur atau dengan kata lain tidak suka tidur. Dia benci bila harus tidur, karena bila terbangun nanti.. kelelawar seringkali lupa berbagai hal yang pernah dia kerjakan sebelumnya. Kelelawar ini hanya akan tidur saat benar-benar tak kuat lagi. Kelelawar ini amat takut dengan hilangnya waktu untuk tidur, karena waktu benar-benar tak cukup.

Disini kelelawar menemukan sesuatu, sesuatunya yang amat disukainya, sama seperti ketika dia merasakan atmosfir kebebasan saat masih menggunakan tanggannya untuk menggoreskan sesuatu. Namun.. kelelawar merasa selalu kehabisan waktu untuk mempelajarinya, kelelawar selalu merasa amat lambat dan terlambat. "Sudah tidak ada waktu lagi" hingga akhirnya kelelawar itu jatuh dari pohon. Pohonnya telah kering, kelelawar itupun menangis bahwa sudah tak ada harapan lagi, dia merasa telah mengecewakan bayangan yang sedang memandangnya sayu. Kelelawar merasa kalah, bayanganpun demikian.. keduanya kelelahan saat waktu terus tersenyum ceria meninggalkan mereka. Kelelawar dan bayangan tak punya siapa-siapa lagi, tak ada yang membantunya untuk bangun. Kalaupun ada, maka kelelawar dan bayangan harus berpisah untuk selama-lamanya, dengan demikian tempat itu akan kosong dan diisi oleh sosok tak dikenal untuk terakhir kalinya. Dalam artian.. si batu kecil takkan pernah dapat ditemukan kembali, bayangan akan hilang selamanya, dan kelelawar menyatu dengan hembusan angin malam dan lenyap. Sosok tak dikenal ini akan menjadi orang lain seperti orang kebanyakan, hidup dengan rutinitas yang tidak membahagiakan, mengeluh tanpa ada solusi, stagnan, tidak bebas, selalu terjebak opini, abangan, materialistis, hingga akhirnya hidup tanpa cita-cita dan menganggap harapan hanyalah mimpi di malam hari.

Kelelawar dan bayangan saling memandang dari kejauhan, bersiap untuk pergi.
Tempat kosong itu tengah dibersihkan sosok tak dikenal agar tidak ada sisa-sisa penghuni sebelumnya. Namun apa itu? tempat itu telah rapuh pula. Sosok tak kenal itupun terjerembab masuk ke dalam sebuah lubang. Sosok itu menemukan serpihan batu kecil yang cantik disana dan memutuskan untuk membawanya serta. Sayang sekali, bayangan dan kelelawar telah jauh pergi, padahal ini adalah salah satu serpihan si batu kecil yang telah lama hilang. Sosok tak dikenal itupun luluh pada perjuangan bayangan mencari batu dan kekerashatian sang kelelawar menolong bayangan. Sosok tak dikenal inipun mulai merubah haluannya, dia mulai mempercayai bahwa cita-cita dan harapan itu memang benar ada, dan untuk mencapainya tak selalu melewati jalan mulus. Selama kita terus berusaha dan atas ijin-Nya-lah maka hak itu dapat menjadi kenyataan. Tinggal seberapa keras usaha yang dilakukan, pantang menyerah, dan percaya pada diri sendiri akan membuat diri lebih kuat. Sosok itu hampir saja meneteskan air mata, namun serpihan batu itu mencegahnya. Karena serpihan batu itu masih mengandung memori si batu kecil puluhan tahun lalu dan menunjukkan daya tahannya yang luar biasa. Serpihan batu itu tak pernah menangis, yang membuatnya bisa menangis adalah perasaan yang dimiliki bayangan. Kenapa serpihan itu tak pernah menangis? Karena bila menangis maka air itu bisa menghancurkannya menjadi serpihan kecil lagi hingga sulit menyatukannya kembali.

Kini, sosok tak dikenal itu berjanji akan mencari serpihan kecil lainnya yang tersebar entah dimana di dalam kehidupan ini. Selain itu, sosok ini akan mencari bayangan dan kelelawar. Hanya bayanganlah yang dapat menyatukan keseluruhan serpihan baru secara lebih kuat, karena bayangan ini juga merupakan bagian dari serpihan yang telah introspeksi. Lalu bagaimana dengan kelelawar? kelelawar adalah semangat pantang menyerah yang muncul dari kerapuhan bayangan, meskipun seringkali muncul di malam hari, kelelawar adalah spirit, dan saat kemunculan kelelawarlah.. harapan dan cita-cita itu muncul kembali. Jika kesemuanya bersatu, maka yang akan terbentuk adalah kesetimbangan. Termasuk sosok yang tak dikenal, karena bagaimanapun juga.. manusia itu tak ada yang sempurna, sosok yang tak dikenal inilah yang secara tidak langsung membuat dekat dengan-Nya. Karenanya batu, bayangan, dan kelelawar dapat disatukan oleh sosok yang tak dikenal, atas ijin-Nya.

Sekarang.. sosok tak dikenal itu tengah mencari serpihan-serpihan batu, bayangan, dan kelelawar.
Baru beberapa serpihan kecil saja dan kelelawar yang ditemukan.
Sedang dicari, serpihan-serpihan batu lainnya dan bayangan dalam kehidupan ini.